Friday, November 15, 2013

Mengenal Tipe-tipe Kepribadian (1)

Akhirnya selesai juga membenahi beberapa hal di blog ini biar keliatan mendingan daripada sebelumnya.. :))
Okee.. Kali ini aku akan membahas tentang tipe-tipe kepribadian.. :D 
Secara mendasar, ada 4 tipe kepribadian : Melankolis,  Plegmatis, Sanguinis dan Koleris.
Tiap manusia pasti memiliki salah satu atau bisa jadi campuran dari tipe-tipe kepribadian tersebut. Tentu saja tiap tipe memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing.
Seperti aku contohnya, memiliki tipe kepribadian Melankolis - Plegmatis :p . Tapi kecenderungan lebih besar tipe plegmatisnya.. 
Why ? Kenapa bisa begitu ? Tahunya darimana ? Hehehe.. 
Oke, biar ga penasaran langsung aja kita bahas satu persatu tipe kepribadian tersebut.



Kita mulai dari yang Melankolis dulu. Hmmm.. Pernah denger kan kata melankolis ? 
Kadang kalo kita lagi sensitif perasaannya, apalagi kalo sedang sedih/murung karena suatu hal menyangkut hati :">, kita sering bilang "gw lagi mellow nih.." aseeeek.. =))
Pada dasarnya ini ada hubungannya sama yang namanya melankolis, karena tipe kepribadian melankolis ini memang orangnya sangat sensitif, pemikir, romantis, teratur, rasa empatinya tinggi dan cenderung perfeksionis juga.

Tak jarang kalo ada temen yang memiliki masalah atau lagi sedih, tipe melankolis ini adalah orang yang bisa ikut merasakan kesedihan temannya itu, dan sekaligus mampu untuk berempati, menjadi pendengar yang baik dan jika perlu dia akan berkorban untuk membuat temannya itu bisa bangkit lagi. Dia adalah orang yang baik hati dan juga romantis. B-)
Tipe melankolis ini juga punya bakat perfeksionis, alias harus sempurna. Dia akan melakukan hal yang kadang orang bilang tidak penting, tetapi buat tipe melankolis ini sangat mempengaruhi kepuasan batinnya.
Seperti saya misalnya, untuk menulis saja kadang kala melakukan editing hingga berulang kali, di baca lagi, kalo kurang sreg di edit lagi.. Salah sedikit, di ulang lagi.. Pokoknya harus sempurna.. Hahaha.. :))
Untuk menulis label alamat pada kardus paket saja, harus di tulis dengan rapi, jika perlu di print dan di gunting secara presisi hingga enak untuk dipandang. Padahal orang lain kadang berpikir itu hal yang tidak penting, yang penting adalah tulisan terbaca dan kiriman sampe pada tujuan. Hahahahaa.. :))
Tapi begitulah tipe melankolis, dia orang yang perfeksionis, memiliki standar tinggi. Selain itu tipe ini juga memiliki daya analisa yang kuat, berpikir mendalam, tertib, teratur, puitis, filsafat, kreatif dan idealis.


Naahh.. Tapi tipe ini juga memiliki kekurangan. Apa saja contoh kekurangan dari tipe melankolis ini ?

Tipe ini super sensitif (sensitif tidak selalu berpengaruh positif loh, tetapi kadang juga menjadi negatif), orang tipe ini kadang kala terkena angin sepoi-sepoi saja, rasanya sudah seperti terkena angin topan. Hahaha.. :))
Mereka ini juga cenderung introvert, menyendiri, suka terjebak pada masa lalu dengan seabreg kisah sedihnya dan kemudian merenung-renung, meratapi nasibnya dan membesarkan masalah.. Mengapaa haruuss akuuu ?? Kenapa bukan dia yang coba ngertiin akuu ?? Mengapa aku beginii.. begituu.. ?? 

Padahal sebenarnya biasa aja kaleee.. Lebay.. Suka mengkonflikkan diri.. Yaaa.. kira-kira begitulah aku dahulu saat masih ABG.. Hahahaha.. =))

Tipe melankolis ini, biasanya kalo ada masalah selalu di umpetin.. Kalopun di bagi, pasti akan dibagi dengan orang yang dipercaya dan dekat dengannya.. Makanya kalo ada orang tipe melankolis yang curhat sama kamu, di jaga baik-baik kepercayaannya, karena itu berarti dia sudah percaya bangeet sama kamu.. Hehehe.. :D
Orang melankolis ini tidak suka menyinggung perasaan orang lain, begitu juga sebaliknya, mereka juga tidak suka orang lain menyinggung perasaannya.
Jika ada orang yang menyinggung perasaannya, tipe ini kadang tidak marah kepada orang tersebut, melainkan justru menyimpan perasaan kecewa dan sedihnya untuk waktu yang cukup lama. :D
Tipe melankolis kadang selalu menempatkan dirinya menjadi orang lain sebelum mereka melakukan suatu tindakan, untuk melihat apakah tindakannya itu akan membuat orang kecewa atau tersinggung. 

Tipe ini kadang juga suka meremehkan diri sendiri, tidak percaya diri atas apa yang dihasilkannya, padahal apa yang dikerjakannya mungkin lebih baik daripada orang lain, intinya rumput tetangga selalu kelihatan lebih hijau bagi dia. Hahahaha.. :)) 

Yaa, begitulah kira-kira tipe kepribadian melankolis, jika mau dijelaskan secara detail tentu masih banyak hal yang bisa dijelaskan, tetapi secara garis besar tipe ini memiliki sifat-sifat seperti di atas. 
Untuk singkatnya mungkin bisa dirangkum seperti di bawah ini :

- MELANKOLIS -

Kelebihan :
  • Analitis, berpikir mendalam
  • Serius dan bertujuan, berorientasi jadwal
  • Puitis, kreatif, musikal, artistik
  • Sensitif
  • Mau berkorban
  • Perfeksionis
  • Rinci, detail, tekun, tertib dan teratur
  • Melihat masalah dan mencari solusinya secara kreatif
  • Berusaha menyelesaikan apa yang sudah dimulai
  • Berteman dengan hati-hati
  • Menghindari perhatian dan cenderung bekerja dibelakang layar
  • pendengar yang baik, setia dan mengabdi
  • Sangat peduli terhadap orang lain
Kekurangan :
  • Mudah murung, sedih dan tertekan
  • Mengingat yang negatif dan cenderung pendendam
  • Mudah merasa bersalah
  • Lebih berorientasi pada proses/cara daripada tercapainya tujuan
  • Tertekan pada situasi yang berubah-ubah (tidak sempurna)
  • Terlalu banyak pertimbangan dan analisa serta perencanaan
  • Standar tinggi sehingga sulit untuk disenangkan
  • Hidup berdasarkan definisi
  • Sulit bersosialisasi (Melalui proses adaptasi yang cukup lama)
  • Kritis, tetapi sensitif terhadap kritikan yang menentang dirinya
  • Sulit mengungkapkan perasaan, cenderung menahan kasih sayang
  • Skeptis terhadap pujian dan curiga
Selanjutnya adalah tipe kepribadian Plegmatis, tetapi berhubung masih ada hal lain yang harus dikerjakan, jadi terpaksa ditulisnya nanti.. Hahaha.. :))
Nanti akan di update lagi secepatnya.. 
O iya, tulisan ini bukan semata-mata hasil pemikiranku sendiri, tetapi ini adalah hasil membaca dari beberapa blog teman-teman blogger dan ijin copas beberapa hal dan gambar. Hehehehe.. ;)) 
Mungkin sudah ga jaman lagi nulis-nulis ginian, tapi sudah lama juga ga nulis, jadi kangen aja.. cari bahasan sederhana yang berguna buat diri sendiri dan orang lain.. Hahahaha.. :p

Wednesday, November 3, 2010

Merajut Kata.. Menjembatani Jalan Pemikiran..


Kadang kala aku punya banyak ide untuk sekedar di tuangkan menjadi tulisan. Tapi seringkali juga aku mengalami permasalahan yang sama. Masalahnya adalah apa yang harus aku tuliskan untuk mengawali menulis ide ku itu. Hahahaha..  masalah yang aneh. Tapi itu nyata loh. Kadang aku mencoba merangkai sebuah kalimat sederhana untuk awalan sebuah tulisan. Tapi kadang kala aku juga menyangkalnya sendiri sebagai kalimat yang tidak pas untuk sebuah kalimat awalan. Apa mungkin aku berpikir bahwa sebuah kalimat awalan yang pas itu seperti halnya kisah dongeng klasik, “Pada suatu hari, di sebuah desa terpencil. Hiduplah seorang… bla bla bla..” ? :))
Ya.. Bagiku idealnya memang seperti itu, sebuah awalan adalah sebuah titik di mana semua rangkaian akan bertolak dari titik itu. Intinya dia adalah titik terendah, sebagai jembatan yang baik untuk menuju ke titik puncak sebelum akhirnya menuju titik rendah keduanya. Tapi ternyata hal itu tidak mudah. Ternyata aku tidak bisa menemukan titik itu. Bahkan titik itu tidak dapat dijelaskan secara nyata. Titik itu abstrak dan tidak bisa di tetapkan harganya. Jadi akhirnya aku mengerti, bahwa kejanggalan sebuah awalan kadang kala menjadi sugesti pribadi. Sebuah awalan adalah sebuah titik random yang kita inginkan. Terserah di manapun kita menempatkan titik random itu. Dan mulailah bertolak dari titik itu secara konsisten dan berkesinambungan.
Tapi masalahnya tidak berhenti sampai di situ. Aku selalu mencoba untuk menulis dan menulis, meski akhirnya aku menghentikan tulisanku setelah sekian lama terangkai beberapa halaman. Entah kenapa, kadang aku merasa tidak puas dengan tulisanku sendiri. Banyak alasannya, mulai dari bahasan yang kurang menarik, garing, terlalu lebay, hingga tidak tahu alur proses serta tujuan akhir sebagai akibat dari kehilangan rangkaian ide.

Friday, July 23, 2010

Model Pendidikan Indonesia VS Amerika


Bertolak dari cerita dan opini seorang Rhenald Kasali (Guru Besar Ilmu Manajemen Fakultas Ekonomi UI) tentang model pendidikan Indonesia dibandingkan dengan Amerika dalam mencetak lulusan yang berkualitas dan berprestasi, memang benar adanya - Sumber : Mailist ITB.
Sebelumnya beliau bercerita tentang pengalamannya lima belas tahun lalu saat anaknya masih studi di Amerika dan mendapatkan nilai E (Excellent – Sempurna) untuk sebuah karangan berbahasa Inggris. Padahal jelas sekali bahwa kemampuan verbal anaknya dalam mengolah kata-kata berbahasa Inggris masih jauh dari sempurna. Hal ini membuat seorang Rhenald Kasali menjadi gusar dengan kualitas pendidikan di tempat anaknya melakukan studi, betapa tidak, seorang yang memiliki kemampuan verbal terbatas bahkan bisa mendapatkan nilai yang sungguh sempurna. Bagaimana hal ini bisa terjadi..? Apakah hal ini tidak justru membuat anaknya cepat berpuas diri..?
Menyikapi hal ini, beliau melakukan protes terhadap guru di tempat anaknya melakukan studi. Tapi jawaban yang diberikan cukup membuat seorang Rhenald Kasali menyadari bahwa model pendidikan yang diterapkan di tempat itu sungguh berbeda dengan Indonesia. Guru yang menerima beliau mengatakan bahwa nilai tersebut wajar di terima. Logikanya sederhana, anak tersebut berasal dari Indonesia dan memiliki bahasa ibu (Mother Tongue) Indonesia. Untuk anak seumuran dia sudah bisa membuat karangan berbahasa Inggris seperti itu, gurunya menjamin itu adalah sebuah karya yang hebat. 
Rupa-rupanya filosofi pendidikan di negara tersebut bukanlah menghukum, melainkan merangsang orang untuk maju (Encouragement). Sedang di Indonesia ini kadang kala sebuah nilai B (Baik) pun sangat susah untuk di raih meski seorang siswa sudah berusaha dengan segenap kemampuan yang dimilikinya. Bahkan kadang kala sebuah nilai C (Cukup – hanya syarat lulus) pun diberikan bukan karena cara pandang yang obyektif melainkan lebih cenderung ke arah bantuan – belas kasihan terhadap anak didiknya.